Jumat, 07 September 2012

TUGAS INDIVIDU I MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Pertanyaan : Mengapa keadilan menjadi multi persepsi ? Manakah yang benar, keadilan yang universal atau keadilan yang multi persepsi ? Jelaskan dengan contoh ! Jawaban : Kata ‘Adil’ dalam Kamus besar Bahasa Indonesia bermakna (1) sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak (2) berpihak kepada yang benar, berpegang pada kebenaran (3) sepatutnya, tidak sewenang-wenang. Sedangkan ‘Keadilan’ berarti sifat (perbuatan, perlakuan dsb) yang adil. Definisi adil dan keadilan di atas jelas merupakan barang yang abstrak yang pada asalnya mengandung nilai-nilai universal. Siapapun yang berfikir waras akan sepakat dengan berbagai frasa dalam definisi adil dan keadilan tersebut. Keadilan multi persepsi merupakan keadilan dengan banyak tafsiran. Penafsiran keadilan oleh setiap orang dibolehkan atas nama liberalisme pemikiran. Jika pemaknaan keadilan didasarkan pada pertimbangan nilai-nilai luhur yang diyakini kebenarannya, tentu setiap orang akan memaknai keadilan secara benar. Menjadi persoalan ketika seseorang atas nama kebebasan berfikir memaknai keadilan tidak lagi didasarkan pada nurani, logika, akal sehat, rasa peduli dan semangat keterlibatan. Pertimbangan utama hanyalah hawa nafsu guna mendapatkan kemenangan dan kesenangan pribadi. Seseorang dengan latar belakang pengetahuan, kekayaan dan status social yang berbeda boleh menafsirkan makna keadilan yang berbeda pula. Liberalisme kognisi yang seperti inilah sesungguhnya yang menjadi penyebab utama keadilan menjadi multitafsir dan bergeser dari sifat fitrah universalnya. Pertanyaan tentang manakah yang benar, tentu keadilan universal yang didasarkan pada fitrah nurani dan nilai-nilai kemanusiaan menjadi lebih benar-benar adil. Sebaliknya, keadilan yang ditafsirkan dengan dasar hawa nafsu menjadi adil bagi golongan tertentu yang memiliki kedudukan dan kekayaan lebih tetapi tidak adil bagi yang kekurangan. Contoh nyata yang marak terjadi di Indonesia adalah jamaah korupsiyah. Eksekutif, legislatif dan yudikatif pun kompak menjamaknya. Mereka adalah orang-orang yang hanya memikirkan keadilan individual. Limpahan harta kekayaan dianggapnya angin sorga yang berhembus kearahnya. Keadilan universal telah terhapus dari pandangan kognisinya. Ditambah lagi lemahnya penegakan hukum bagi pelakunya. Orang yang memiliki banyak uang akan dapat membeli kemenangan di pengadilan. Tawar menawar putusan adalah cerita yang sangat memilukan. Inilah buah pahit dari kata liberalisme kognisi. Hawa nafsu mengalahkan nurani. Persepsi mengalahkan universalitas. Semoga segera sadar dan berhenti. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar